Jampea, sebuah pulau kecil dari gugusan Kepulauan Selayar, provinsi
Sulawesi Selatan. Pulau yang terpisahkan jauh dari kota-kota besar di
negeri ini. Ketika malam dengan cahaya bulan sabitnya, pulau Jampea
menjadi sangat indah dengan taburan bintangnya, dan malam juga merupakan
waktu dimana masyarakat pulau mengkais rejeki mereka di bibir pantai
menuju laut. Tak pandang angin bertiup dengan kencang. Tak pandang laut
sedang bergemuruh dengan badainya. Nelayan-nelayannya sangat tangguh
menembus badai sekalipun.
Salah satu nelayan tangguh bernama Daeng Demma’ di pulau tersebut sering tak bisa melaut. Bukan karena kerasnya angin bertiup dan bukan karena besarnya badai dilaut Jampea tersebut yang membuatnya tak bisa melaut. Melainkan tubuhnya yang kurang mendukung lagi karena skit dan tak memiliki cukup uang untuk berobat, untuk melaut dan tak adanya biaya untuk sampannya. Daeng Demma’ sendiri tak ingin merepotkan orang lain apalagi harus meminta belas kasihan dari orang lain. Meski dia tahu dirinya tak lagi bisa menghidupi dirinya sendiri. Dia sudah cukup tua oleh hal-hal yang mengharuskannya berhadapan dengan pemerintah. Dengan usianya yang rentah, miskin dan tak memiliki sanak saudara itu, ia hanya memilih diam saja.
Sebenarnya tak hanya Daeng Demma’ yang mengalami nasib seperti itu. Menjadi seorang buangan negerinya sendiri. Bahkan masih banyak masyarakat Jampea yang terbuang oleh negerinya sendiri. Teranaktirikan oleh negeri mereka sendiri. Bahkan mereka tak tahu dunia luar seperti apa. Sementara hiruk-pikuk di kota-kota besar sana telah memasuki zaman teknologi modern. Lalu dimana keadilan di negeri ini? Yang katanya kesehatan gratis digembor-gemborkan dan akan diratakan kesetiap desa-desa dan pulau-pulau terpencil di negeri ini. Yang katanya pendidikan akan ditingkatkan disetiap kabupaten dan desa-desanya. Kemana janji-janji itu kini?
Masih banyak dari mereka anak pulau jampea yang tak tersentuh oleh pendidikan. Termasuk ke dalamnya adalah Daeng Demmaq sendiri. Ia bahkan tak tahu menghitung dan membaca atau bahkan menghapal abjadpun dia tak pernah. sungguh sangat disayangkan negeri yang katanya demokrasi dan memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan dan menjanjikan pendidikan bagi setiap penduduknya disetiap pelosoknya.
katanya negeri ini telah terselimuti oleh budaya barat yang merajalela. Katanya negeri ini telah berubah menjadi singgasana kaum sang penguasa yang selalu menjadikan segala hal menjadi proyek usaha mereka. Namun mengapa masih saja ada daerah yang masih terhitung terbelakang dari dunia luar. Pelayanan kesehatannya pun masih sangat minim. Dialah pulau yang teranaktirikan dari sekian pulau yang berada di gugusan Kepulauan Selayar, provinsi Sulawesi Selatan, pulau daeng Demmaq, pulau jampea. Bagian dari Indonesia juga? Indonesia yang telah Merdeka selama 60 sekian Tahun..
Sumber : http://www.mercusuarnews.com/2011/06/pulau-jampea-selayar-daeng-demmaq-anak.html
Salah satu nelayan tangguh bernama Daeng Demma’ di pulau tersebut sering tak bisa melaut. Bukan karena kerasnya angin bertiup dan bukan karena besarnya badai dilaut Jampea tersebut yang membuatnya tak bisa melaut. Melainkan tubuhnya yang kurang mendukung lagi karena skit dan tak memiliki cukup uang untuk berobat, untuk melaut dan tak adanya biaya untuk sampannya. Daeng Demma’ sendiri tak ingin merepotkan orang lain apalagi harus meminta belas kasihan dari orang lain. Meski dia tahu dirinya tak lagi bisa menghidupi dirinya sendiri. Dia sudah cukup tua oleh hal-hal yang mengharuskannya berhadapan dengan pemerintah. Dengan usianya yang rentah, miskin dan tak memiliki sanak saudara itu, ia hanya memilih diam saja.
Sebenarnya tak hanya Daeng Demma’ yang mengalami nasib seperti itu. Menjadi seorang buangan negerinya sendiri. Bahkan masih banyak masyarakat Jampea yang terbuang oleh negerinya sendiri. Teranaktirikan oleh negeri mereka sendiri. Bahkan mereka tak tahu dunia luar seperti apa. Sementara hiruk-pikuk di kota-kota besar sana telah memasuki zaman teknologi modern. Lalu dimana keadilan di negeri ini? Yang katanya kesehatan gratis digembor-gemborkan dan akan diratakan kesetiap desa-desa dan pulau-pulau terpencil di negeri ini. Yang katanya pendidikan akan ditingkatkan disetiap kabupaten dan desa-desanya. Kemana janji-janji itu kini?
Masih banyak dari mereka anak pulau jampea yang tak tersentuh oleh pendidikan. Termasuk ke dalamnya adalah Daeng Demmaq sendiri. Ia bahkan tak tahu menghitung dan membaca atau bahkan menghapal abjadpun dia tak pernah. sungguh sangat disayangkan negeri yang katanya demokrasi dan memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan dan menjanjikan pendidikan bagi setiap penduduknya disetiap pelosoknya.
katanya negeri ini telah terselimuti oleh budaya barat yang merajalela. Katanya negeri ini telah berubah menjadi singgasana kaum sang penguasa yang selalu menjadikan segala hal menjadi proyek usaha mereka. Namun mengapa masih saja ada daerah yang masih terhitung terbelakang dari dunia luar. Pelayanan kesehatannya pun masih sangat minim. Dialah pulau yang teranaktirikan dari sekian pulau yang berada di gugusan Kepulauan Selayar, provinsi Sulawesi Selatan, pulau daeng Demmaq, pulau jampea. Bagian dari Indonesia juga? Indonesia yang telah Merdeka selama 60 sekian Tahun..
Sumber : http://www.mercusuarnews.com/2011/06/pulau-jampea-selayar-daeng-demmaq-anak.html